FILEM SIAPA DI ATAS PRESIDEN


Tidak banyak Film Indonesia yang mengangkat masalah politik di dua dekade pasca reformasi. Entah bersebab apa, namun keberanian Produser berjudi dengan genre politik di tengah “larisnya” film melodrama dan mistik tampaknya perlu diberi apresiasi. Tentu saja apresiasi itu baru bisa diberikan setelah menonton film : Siapa Di atas Presiden (SDP) 

PEMILU 

Topik utama SDP adalah suasana hangat politik menjelang pemilu. 3 orang kandidat presiden bersaing ketat merebut hati rakyat dengan caranya masing masing. Suasana politik semakin tegang dengan semakin dekatnya hari H. Perpindahan scene yang ditampilkan melalui tampilan menjelang 60 hari terus menjelang 30 hari serta menjelang 3 hari sungguh merupakan salah satu keunggulan film ini. Artinya suasana tegang itu di rancang dan balut dengan sempurna sehingga seolah olah para penonton terbawa emosi dalam setiap konflik yang terjadi. 

Tidak ada kawan sejati yang ada adalah kepentingan sejati tampak sekali dalam SDP. 
Intrik politik terpusat bagaimana cara merebut kekuasaan tertinggi jelas sukses di tampilkan sutradara. Jebakan politik berupa tuduhan pembunuhan kepada seorang kandidat di olah sedemikan rupa sehingga penonton yang telah tahu bahwa intrik jebakan itu sempurna. Penonton larut goyang emosi melihat kejahatan lawan politik baik secara terbuka maupun secara mafia dalam menghabiskan nyawa saingan. 

Bahkan oknum penegak hukum seperti yang sering terdengar akhir akhir ini terlibat dalam perebutan kekuasaan jelas terpapar di SDP. Kekuasaan adalah meghalalkan segala cara sehingga pembunuhan karakter bahkan jiwa menjadi hal yang biasa dalam dunia politik. Jadi ada perbedaan yang jelas antar penonton dengan public di film terhadap kasus jebakan pembunuhan tersebut. Suara rakyat yang menginginkan tokoh nasional terbaik tampil di pentas kepemimpinan nasional. Disini bermain kekuatan sosial media dalam membentuk opini publik. 

Walaupun bumbu aksi dan hiburan di tampilkan di sela sela konflik, namun saya berani menyatakan bahwa benang merah politik tetap terjaga dalam alur perjalanan film dari awal hingga akhir. Bumbu aksi menawan dalam bentuk benturan fisik yang dilakon suami istri (dunia nyata ) mampu menghapus citra “halus” sang Polwan yang bersikap sempurna “siap komandan” sangat apik diperankan oleh Atiqah Hasiholan. Demikian pula tampang sadis tanpa banyak dialog bahkan nyaris tidak pernah berbicara sepanjang film berhasil diperankan Rio Dewanto. 

KEJUTAN DAN KEKUATAN 

Ray Sahetapy, Donny Damara dan Rudy Salam merupakan jaminan kepiawaian aktor kawakan. Rizky Nazar memerankan sosok anak muda idealis putra seorang politikus boleh dikatakan tidak kikuk berdialog dengan aktor senior. Ketika Rizky menjawab pertanyaan ayahnya , kemana dia akan kuliah setelah lulus SMA, dengan lantang menjawab bahwa dia akan pergi mengabdikan diri sebagai guru di pedalaman Papua. Ayahnya memaksa maka terjadilah dialog : "saya akan mengikuti arahan papa, tetapi tolong jawab dulu pertanyaan , dimana saya sekolah selama ini?". Sang ayah terhenyak tidak bisa menjawab. Hebat inilah tampilan kesibukan luar biasa politikus nasional sehingga dimana anaknya sekolah beliaupun tidak paham. 

Saya tidak akan menghabiskan kenikmatan calon penonton sebelum menyaksikan SDP. Namun secara pribadi saya menemukan nilai nilai kebenaran dalam perjuangan pengacara hukum dan dua orang anak muda idealis. Dan terakhir saya mendapatkan dua kejutan luar biasa dari sutradara setelah di “isi” dengan logika politik diawal film. 

Surprise itu berhasil menyentakan penonton ketika menyaksikan adu debat calon presiden di televisi beberapa hari menjelang pemilu. Inilah kekuatan luar biasa SDP, melawan logika, salute. 

Itulah antara lain keunggulan SDP. Siapapun warga Negara Indonesia, apakah dia politikus, pemuda, atau rakyat biasa, anda layak menyaksikan Film ini. Anda akan menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan yang selama ini mengambang di alam pikiran masyrakat. Politik itu memang keras namun kebenaran adalah pengawal setia yang akan selalu terkuak disaat yang tepat. 

Nah Siapa Atas Presiden yang dimaksud di film ini, maka jawaban ada pada diri anda sendiri karena akan ada perbedaan persepsi. Sangat misterius! (written by: Thamrin Dahlan)

Tidak ada komentar:

BESSI BAJA AL-JAWA. Diberdayakan oleh Blogger.